Rabu, 02 Maret 2011

INTISARI DISKUSI INTERNAL IKAFENAS: Industri Yang Terbangun Saat Ini Adalah Mengarahkan Indonesia Hanya Menjadi Pekerja Bukan Pencipta.



Oleh Kurniawan Akbar (KETUA BIDANG HUMAS IKAFENAS)

Pada prinsipnya saat ini memang awalnya bangsa Indonesia sudah dididik seprti ini, terima saja apa adanya. Karena pendidikan pada masa orde baru sudah dibentuk untuk menjadi sebagai bangsa penjual bukan sebagai bangsa yang kreatif. Tidak mau berusaha dari bawah tetapi maunya express, langsung jadi.

Budaya kita sudah dirusak, misalnya saja para petani yang biasa bertani di paksa untuk urbanisasi ke kota yang kemudian diarahkan untuk bekerja sektor formal, yang belum tentu tepat buat dirinya.


Dalam era globalisasi ini kita hanya bisa menjalankan apa yang sudah ada saja. Tidak ada upaya untuk alih pengetahuan.

Untuk itu mulai saat ini sudah harus sampaikan pesan kepada generasi penerus kita untuk membiasakan mencintai produk sendiri dan menggunakan produk dalam negeri. Memakai tenaga-tenaga ahli kita sendiri.

Industri yang terbangun saat ini adalah mengarahkan Indonesia hanya menjadi pekerja bukan pencipta. Tidak adanya alih teknologi kepada pekerja-pekerja Indonesia. Kemudian banyak beralih fungsi dari sawah menjadi lahan-lahan pertanian sejenis seperti menjadi tanaman tebu, kelapa sawit, padahal belum tentu cocok dengan kondisi lahan setempat. Dan ini menjadikan para petaninya berubah profesi tidak lagi menjadi petani melainkan menjadi buruh di sektor industrinya. Yang awalnya sebagai pemilik sawah kemudian lahannya dijual dan pada akhirnya mereka hanya menjadi kuli-kuli dari industri.

Begitu pula dengan sistem urbanisasi, masyarakat terutama para petani, diarahkan meninggalkan daerahnya hanya untuk dijadikan sebagai pekerja atau buruh di daerah lain. Melihat kondisi ini sudah seharusnya pemerintah mengambil kebijakan untuk mengarahkan masyarakat untuk tetap membangun di daearahnya masing-masing sesuai dengan kondisi daerahnya.

Lahan-lahan pertanian berubah menjadi lahan-lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya di beberapa daerah membuat para petani pemilik sawah kehilangan lahan garapannya dan terperosok kepada kemiskinan. Sawah berubah kepemilikkannya kepada para pengusaha-pengusaha besar, yang kemudian dibangun industri, dan bahkan perumahan yang tidak melihat dampaknya terhadap daerah sekitarnya.

Begitu pula pada industri otomoif, dimana tidak adanya alih teknologi kepada tenaga-tenaga terampil kita. Indonesia hanya mampu sebagai pengguna/konsumen sementara untuk membuat mobil Indonesia belum mampu. Pada saat pengusaha Indonesia memiliki saham perusahaan Lamborghini akan tetapi hingga saat ini kita tidak mampu mengadopsi keahlian dari perusahaan tersebut. Berbeda sekali dengan Malaysia, ketika mereka memiliki perusahaan Lotus, mereka langsung mengambil alih kemampuan memproduksi mobil tersebut. Sampai akhirnya Malaysia mampu membuat Proton.

Tidak ada komentar: